CUKUPKAH DENGAN PHISICAL AVAILABILITY TINGGI?
Phisical availability ini sering digunakan sebagai satu acuan prestasi bagi karyawan di bagian plant atau workshop (bengkel). Angka yang dihasilkan dinyatakan dalam persen, misalnya 80%, 90%, dsb. Selanjutnya, tinggal kemampuan orang lapangan yang menangani operasi atau produksi sebagai penentu besar kecilnya produksi yang bisa dihasilkan.
Nah, disinilah kemampuan orang operasional maupun produksi diuji. Bisakah alat berat yang sudah dinyatakan sehat dan siap pakai oleh plant digunakan secara optimal di lapangan? Prestasi plant cukup gamblang, yang dinyatakan dalam persen. Jadi tinggi rendahnya dengan mudah dapat dimengerti. Namun kita belum familiar dengan penilaian kuantitatif terhadap prestasi kerja orang operasional lapangan maupun produksi. Angka yang sering muncul dari bagian produksi tambang adalah produktivitas armada. Misalnya 1 excavator 120 ton dengan bucket 6.7 m3, maka per jam dipasang target untuk berproduksi sebesar (misalnya : 500 bcm/jam).
Masih sering dijumpai penggunaan alat berat di tambang yang tidak dioperasikan secara optimal. Dalam hal ini, penulis mencoba menafikan adanya kesalahan aplikasi maupun kesalahan operasi (misaplikasi dan misoperasi) yang mengganggu produktivitas. Penulis anggap kesalahan itu tidak ada.
Waktu Primer dan Waktu Sekunder
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada penamaan sederhana yang mulai sering diperkenalkan di operasional tambang. Penamaan itu adalah Primary Time dan Secondary Time (Waktu Primer dan Waktu Sekunder).
Sebagai contoh, mari kita bahas pekerjaan back hoe untuk pemuatan. Yang namanya back hoe sebagai alat muat, pasti akan melakukan siklus pekerjaan sebagai berikut : penggalian material (digging), mengayun dalam kondisi bermuatan (loaded swing), menumpahkan material ke alat angkut (dumping), dan mengayum dalam kondisi kosong (empty swing). Begitu seterusnya. Akan tetapi, disela-sela pekerjaan itu, ada pekerjaan tambahan yang sebenarnya bukan pekerjaan utama back hoe sebagai alat muat, seperti penggalian untuk menyiapkan material muatan (dig to prepare), pindah lokasi (traveling), dsb. Tipe pekerjaan pertama, yang pasti akan dilakukan oleh back hoe sebagai alat muat, dinamakan Primary Work, sedang tipe pekerjaan ke dua dinamakan Secondary Work. Sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan primer, dinamakan Primary time, untuk Secondary work dinamakan secondary time. Dibawah ini beberapa contoh waktu primer dan waktu sekunder untuk beberapa tipe alat berat dan jenis kegiatan.
Jenis Alat | Jenis Kegiatan | Kegiatan Primer | Kegiatan Sekunder |
Hydraulic Excavator | Pemuatan | Gali – Ayun isian – Tuang – Ayun Kosong | Tunggu truk, persiapan penggalian, pindak lokasi, perapian tempat kerja |
Wheel Loader | Pemuatan | Gali – Mundur isian – Maju isian – Tuang – Mundur kosong – Maju kosong | Pindah lokasi, tunggu truk, persiapan penggalian, perapian tempat kerja |
Dump Truck | Transportasi | Pemuatan – melaju isian –manuver di disposal – jungkit – melaju kosong – manuver di front | Antri, berhenti atau pelan karena terhambat dijalan |
Dozer | Garu/Ripping | Garu maju, mundur, maju gusur, mundur | Terhambat, menganggur |
Dozer | Gusur | Gusur maju - mundur | Terhambat, menganggur |
Yang terpenting, pembagian diatas bukan sekedar penamaan, karena ada angka yang menjadi parameternya, yang dinyatakan dalam persen juga. Nilai awal Total Waktu Kerja 100 %, dibagi menjadi Waktu Primer dan Waktu Sekunder. Dibawah ini adalah contoh distribusi waktu primer dan waktu sekunder untuk excavator.
Metode pengukuran untuk bisa mendapatkan data seperti ini cukup mudah. Cukup menggunakan stopwatch, dengan mengukur waktu edar (cycle time), dan membuat distribusi waktu edarnya. Atau yang lebih akurat, banyak distributor atau pabrikan alat berat membuat software untuk keperluan diatas. Software pun bukan yang rumit dan memerlukan spesifikasi laptop yang canggih, karena dasar software ini hanya menggunakan Microsoft Access.
Membuat waktu primer menjadi 100 % juga tidak mungkin. Selain karena tuntutan operasional atau kondisi kerja, faktor operator juga sering menjadikan waktu primer tidak bisa terpenuhi 100%. Misalnya, operator alat muat harus minum, atau memang alat muat tersebut dibebani dengan pekerjaan merapikan jenjang, dsb.
Karena memang alat berat diatas dipakai di tambang untuk melakukan produksi, tentu waktu primer harus diupayakan setinggi mungkin. Karena dari waktu primer itulah alat bisa berproduksi untuk selanjutnya memberikan penghasilan. Sedangkan waktu sekunder tentu harus ditekan menjadi sekecil mungkin.
Kemana Data Akan Dibawa?
Setelah data diatas tersaji, tentu pekerjaan besar selanjutnya adalah perbaikan di sisi operasional tambang terkait dengan data tersebut. Misalnya, dari data diatas terungkap waktu menunggu truck (wait to dump) alat muat dirasa tinggi, mencapai 10% dari waktu kerja. Setelah diamati kenapa waktu tunggu masih tinggi, dan dilihat kondisi lapangan, ternyata lokasi pemuatan (front) tidak cukup luas bagi truk untuk bermanuver. Jadi alat muat sudah siap untuk memuati, tapi truck masih bermanuver, belum sampai di titik pemuatan. Barulah dilakukan improvement untuk front tersebut, dan pada akhirnya, perlu dibuat standarisasi front seperti apa yang memadai untuk pemuatan ideal.
Begitulah penggunaan data sederhana berupa ‘waktu edar’ untuk membuat proses kerja alat berat di tambang menjadi lebih optimum. Tentu beda alat atau kegiatan akan menghasilkan jenis distribusi yang berbeda pula.
Semoga penyajian diatas bisa diambil filosofinya, bahwa untuk menghasilkan tingkat produksi paling optimum, physical availability belumlah cukup.
ivanspba@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar