Untuk apa mahal-mahal merawat jalan proyek?
ivanespe - Di media ini, penulis pernah menulis tentang peran alat bantu untuk proses penambangan. Pada edisi kali ini, akan fokus membicarakan pada jalan angkut komoditi.
Karakter jalan angkut
Jalan angkut memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk tiap sektor industri.
Namun secara umum, pembagiannya sama, yaitu jalan utama (main road), jalan sekunder, dan jalan tersier (jalan akses).
Dalam pertambangan, satu-satunya penghubung antara titik penambangan material dengan titik pembuangan atau penumpukan material adalah jalan tambang. Memang ada teknologi yang tidak menggunakan jalan tambang. Kita bisa ambil contoh penggunaan belt conveyor, skyline, ataupun penggunaan pipa. Namun aplikasi metode tersebut hanya bisa diterapkan pada kondisi khusus. Metode paling lazim untuk penambangan saat ini adalah penggunaan jalan tambang. Dan jalan tambang bagi kegiatan penambangan adalah sesuatu yang sangat vital. Bukan hanya menjadi prasarana pengangkutan material, jalan tambang juga memiliki banyak fungsi lain, seperti untuk akses dari luar tambang ke lokasi tambang, pengangkutan logistik tambang, dll.
Demikian juga untuk sektor lain, seperti kehutanan dan perkebunan, selama disitu ada proses pengangkutan komoditi, jalan angkut merupakan sesuatu yang vital. Misalnya, untuk mengangkut kelapa sawit dari kebun ke pabrik, perlu jalan angkut. Untuk mengangkut kayu akasia ke pabrik juga perlu jalan angkut.
Pernah suatu saat perusahaan kami mengundang direktur salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia . Dia ditanya mengenai kunci sukses pekerjaan di lapangan. Menurutnya ada 3 faktor penting. Pertama jalan, kedua jalan, ketiga jalan. Tentu jawaban tersebut sedikit mengada-ada. Tapi menunjukkan vitalnya peran jalan angkut untuk satu proyek.
Dan jalan angkut yang dilalui oleh truk pengangkut, tentu harus mendapat perlakuan yang sepantasnya sebagai penunjang produktivitas truk tersebut. Bukankah dalam siklus produksi, pengangkutan merupakan bagian penting, yang diproses itu bergantung kelanjutan nasib proses berikutnya. Ketika jalan tambang tidak bisa dilalui, komoditi seperti batubara, emas, dan lainnya tidak bisa tertransport keluar. Demikian juga kelapa sawit di kebun ataupun kayu di hutan tidak bisa dibawa keluar dari lokasi pemanenan bila truk tidak bisa melewati satu jalan. Dan proses produksi selanjutnya juga tidak akan terjadi tanpa adanya pasokan bahan baku tersebut. Artinya ketergantungan industri tadi pada kualitas jalan sudah demikian besarnya.
Merawat jalan, tentu ada biayanya. Penggunaan motor grader untuk meratakan jalan, compactor untuk memadatkan, water truck untuk mengurangi debu jalan, pemasangan gorong-gorong air, semuanya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kadang saya merasa takjub dengan biaya total biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat jalan dalam satu kurun waktu tertentu. Paling tidak, kalau saya perhatikan total biaya kepemilikan dan biaya operasi alat yang bekerja untuk perawatan jalan, ternyata tidak kecil. Belum lagi biaya untuk manpower ataupun material perlapisan jalan.
Tapi disinilah orientasi usaha satu industri diuji. Seberapa besar kepedulian akan perawatan jalan ini. Yang berarti seberapa besar kepedulian mereka akan proses produksi yang berlangsung. Dengan kata lain, maukah perusahaan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit itu. Dan sayangnya kesadaran akan hal tersebut belum dimiliki oleh semua pemilik dan pengguna jalan tersebut.
Untuk mengimbangi pemikiran diatas, mari kita coba bahas keuntungan yang bisa didapat dengan perawatan jalan ini. Apakah perawatan jalan diatas merupakan usaha yang lebih banyak merugikan daripada menguntungkan? Kalau diatas digambarkan proses perawatan jalan memakan total biaya yang tidak sedikit, memang benar. Tapi tidak boleh berhenti sampai disitu saja. Harus dipertimbangkan total biaya perawatan jalan dengan total biaya produksi secara keseluruhan dan perolehan pendapatan dari proses produksi. Ketika melakukan pertimbangan seperti ini, ternyata secara rasio, jumlah total biaya perawatan jalan sangat kecil dibandingkan dengan total biaya produksi alat berat. Penelitian yang pernah dilakukan penulis, meskipun angkanya cukup fluktuatif, tergantung pada harga komponen biaya (seperti biaya bahan bakar yang tidak stabil dan gaji operator yang cenderung naik) pernah didapatkan angka total perawatan jalan, kurang dari 7% dari total biaya produksi di proyek. Angka yang bisa dianggap kecil, namun juga bisa dianggap besar oleh satu perusahaan. Namun ketika simulasi berlanjut dengan dihilangkannya biaya perawatan jalan, ternyata ada sesuatu yang menarik disini. Menghilangkan perawatan jalan, ternyata bukan berarti secara teoritis menghilangkan angka 7% (untuk contoh diatas), namun secara praktis juga berarti menurunkan kualitas jalan angkut. Dengan menurunnya kualitas jalan, maka sesungguhnya kita sedang membuat komponen biaya operasi secara umum menjadi lebih tinggi. Misalnya umur ban truk di jalan yang dirawat dengan baik bisa mencapai 8,000 jam, bahkan lebih, ternyata truk sejenis dengan ban yang sama ditempat yang jalannya tidak dirawat, bahkan kesulitan untuk mencapai umur 5,000 jam. Atau umur suspensi truk di jalan bagus bisa mencapai 4,000 jam, di jalan yang buruk bisa menurun sampai hanya level 2,000 jam saja. Ini berarti ada pengeluaran tambahan karena umur pakai yang makin pendek.
Efek samping lainnya, kalau kita bicara komponen biaya operasi terbesar, yaitu bahan bakar. Makin bagus jalan, akan memberikan konsumsi bahan bakar yang lebih sedikit dibandingkan jalan yang tidak terawat.
Belum lagi kalau digali lebih dalam, efek samping dari jalan yang kurang terawat, juga berimbas pada produktivitas alat angkut yang melaju diatasnya.
Nah, semoga dengan pemaparan ini, cukup memberikan gambaran pentingnya kualitas jalan angkut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar