Management Waktu untuk Alat Berat
Syarat untuk alat berat bisa dioperasikan, sekurangnya tiga hal penting. Yang pertama, alatnya siap untuk dipakai, kedua, kondisinya memungkinkan untuk dipakai, dan ketiga, orang ada yang mengoperasikan.
Kalau satu saja syarat diatas tidak terpenuhi, niscaya tidak akan ada pengoperasian alat berat. Kalau alatnya sehat, cuaca bagus, tapi tidak ada operator, tidak akan ada operasi alat berat. Demikian juga, kalau operatornya siap, tapi tidak ada bahan bakar untuk alat, tentu juga tidak akan ada operasi alat berat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin memperkenalkan peta penggunaan waktu oleh alat berat.
Pada praktiknya di lapangan, sering sekali alat berat digunakan secara full time 24 jam. Artinya tidak ada peluang baginya untuk memperpanjang waktu dengan lembur, karena lembur artinya akan memakan waktu 24 jam berikutnya. Misalnya di proyek pertambangan maupun konstruksi. Operatornya boleh istirahat, namun akan digantikan oleh operator lain, sehingga alatnya tetap beroperasi untuk tetap terjaganya kegiatan produksi.
Sebagaimana kita semua mafhum, bahwa alat berat sebagai ‘cash generator’ hanya terjadi manakala alat tersebut berproduksi. Jadi bukan sekedar beroperasi, tapi menghasilkan sesuatu (produktif).
Berikut ini adalah peta waktu produktif alat berat.
Sebelum kita analisis grafik diatas, berikut sedikit definisi sederhana mengenai kata-kata di grafik tsb :
- 24 hours base time : waktu total yang ada
- Available hours : waktu yang digunakan untuk perawatan dan perbaikan terhadap alat berat
- Operation hours : waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk alat beroperasi
- Idle hours : waktu yang terbuang tanpa adanya kerja alat, dengan posisi alat ‘engine off’, misalnya hujan, ada demo, evakuasi karena peledakan, dll
- Working hours : Waktu yang bisa digunakan oleh alat untuk bekerja diarea kerjanya.
- Delay hours : Waktu terbuang yang mengakibatkan alat tidak bekerja di lapangan, dalam kondisi ‘engine on’, seperti menunggu perbaikan lokasi,
-
Meskipun tanpa skala, gambaran diatas bisa memberikan informasi, betapa banyak faktor penghalang alat berat dari sisi waktu yang membuatnya tidak produktif. Dari total waktu yang tersedia (misalnya 24 jam sehari, atau 8,760 jam setahun), tentu tidak semua waktu tersebut bisa digunakan untuk produksi. Alat berat memerlukan perawatan dan perbaikan, dan hal tersebut menjadi faktor pengurang (kita sebut dengan maintenance hours) waktu produksi.
Grafik tersebut bisa dibilang ‘customize’. Tergantung karakteristik proyek yang akan dijalankan. Misalnya, pekerjaan pemanenan kayu di sektor kehutanan, yang dalam sehari, jam operasinya sekitar –katakanlah- 16 jam, tentu berbeda konsep perhitungannya dibanding sektor pertambangan yang bekerja penuh selama 24 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar