Senin, 04 April 2011

Misaplikasi & Misoperasi

Ivanespe - Entah istilah yang saya ambil sebagai judul diatas benar atau salah sebagai kata serapan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia, tapi kedua istilah tersebut sudah terlanjur melekat di benak orang-orang yang berkecimpung di dunia alat berat di Indonesia.

Namun masih sering sedikit membingungkan untuk membedakannya, bahkan sebagian orang menyamakan antara keduanya, meskipun, sebenarnya ada perbedaan yang cukup signifikan antara misaplikasi dan misoperasi.
Sebelumnya, mari kita bahas definisi aplikasi dan operasi alat berat. Aplikasi alat berat meliputi semua hal tentang perencanaan penggunaan alat berat di lapangan. Mulai pemilihan, pengiriman alat berat ke lokasi kerja, penyediaan kondisi kerja untuk alat berat, perencanaan operasi alat berat, sampai dengan mengupayakan perencanaan operasi dengan tingkat biaya operasi paling rendah dan produksi paling optimum.
Sedangkan operasi alat berat, meliputi operasi alat berat. Jadi fokus pada bagaimana alat berat dioperasikan.
Secara aktual, batas antara aplikasi dengan operasi adalah sebagai berikut. Pemilihan alat, perencanaan kondisi kerja, tinggi jenjang kerja, luas area pemuatan, berapa jumlah dump truk tiap satu alat muat, itu adalah bagian dari aplikasi. Sedangkan cara digunakannya alat untuk melakukan kerja adalah bagian dari operasi, misalnya cara penggalian yang benar untuk front shovel adalah dengan mengambil bagian teratas dari jenjang kerja, lalu urut ke bawahnya, kemudian truk digunakan dengan posisi gigi yang direkomendasikan pabrik sesuai kondisi atau sesuai Operation and Maintenance Manual (OMM), itu semua merupakan bagian dari operasi.
Tentu kalau ada awalan mis- (yang berarti kesalahan) didepannya, yang merupakan serapan dari Bahasa Inggris, adalah kesalahan aplikasi alat untuk misaplikasi dan operasi untuk misoperasi.

Implikasi dari misaplikasi dan misoperasi

Yang perlu kita garis bawahi, baik itu misaplikasi ataupun misoperasi adalah satu jenis kesalahan. Oleh karena itu, perlu sekali bagi kita untuk mengetahui implikasi yang akan diterima kalau terjadi misaplikasi ataupun misoperasi.
Aplikasi maupun operasi yang benar dari suatu alat berat, sebetulnya sudah mengacu pada kepentingan keselamatan kerja di proyek, keawetan umur pakai alat berat, tingkat produksi yang optimum, ataupun efisiensi kerja yang tinggi.
Pada alat berat baru, di dalam kontrak antara distributor dan pemakai (pembeli) sering ada klausul yang menyebutkan garansi atas kerusakan yang diberikan distributor atau pabrik bisa ditolak atau gugur, bila kerusakan alat berat tersebut diakibatkan oleh misaplikasi atau misoperasi. Misalnya, kerusakan suspensi yang masih masa garansi, bisa ditolak oleh pabrik, apabila ditemukan fakta atau data bahwa truk dimuati secara berlebihan (overload). Untuk keperluan ini, banyak merk dump truck yang dilengkapi dengan fasilitas pengukuran muatannya. Atau contoh lain, klaim garansi atas kuku (teeth bucket) excavator bisa ditolak, apabila ditemukan fakta alat dioperasikan untuk memukul-mukul lapisan batuan.
Tapi diluar masalah garansi, bagi pemilik alat berat sendiri, misaplikasi dan misoperasi juga bisa memberikan kerugian tersendiri. Kalau sampai terjadi misaplikasi dan misoperasi yang berakibat alat berat mengalami kerusakan (break down), alat berat tidak akan bisa digunakan untuk berproduksi, yang berarti juga tidak akan bisa memberikan penghasilan. Bahkan, kalau kesalahan tadi sampai menimbulkan kecelakaan tambang (accident), apalagi kecelakaan fatal, semua proses produksi bisa dihentikan, dan efeknya semua kegiatan alat berat harus dihentikan pula, dan kadang-kadang berhentinya proses produksi ini bisa sampai berhari-hari, menunggu proses investigasi selesai.
Barangkali, kerugian paling kecil dari misaplikasi dan misoperasi, adalah tidak optimumnya proses produksi suatu tambang. Misalnya satu alat muat yang idealnya harus memuat dengan sudut pemuatan kurang dari 60o, ternyata di lapangan operator melakukannya dengan sudut pemuatan sampai 180o, sehingga waktu ayun menjadi lebih lama, akibatnya waktu edar (cycle time) lebih lama, dan pada akhirnya produksi menjadi lebih kecil dari idealnya. Contoh lain, bila jumlah pasangan alat muat dan dump truck tidak sesuai (unmatch) maka bisa mangakibatkan antrian di area pemuatan yang sebenarnya tidak perlu terjadi atau alat muatnya harus lama menunggu datangnya dump truck.


Excavator kelas 125 ton seperti ini, akan lebih optimal diaplikasikan untuk produksi, bukan untuk perbaikan kolam penampungan


Paradigma Baru
Masalah garansi alat berat sering menjadikan perdebatan antara pabrik, distributor, dan pemakai. Pemakai tentu ingin klaim garansi bisa diterima, sedang bagi pabrik, tidak dengan mudah untuk memberikan ganti atas kerusakan yang timbul, diperlukan studi lebih lanjut untuk melihat seberapa pengaruh aplikasi dan operasi terhadap satu klaim kerusakan.
Satu contoh kesalahan yang cukup sering dilakukan (bahkan dilakukan secara sengaja dan ‘direstui’ oleh pemilik alat) adalah muatan yang berlebihan pada dump truk. Memang iming-iming penambahan revenue dari volume muatan tambahan sangat menjanjikan, karena umumnya revenue dihitung dari volume atau berat muatan. Dan penambahan tersebut bisa diraih di tiap ritase. Makanya, tak heran beberapa perusahaan justru memerintahkan muatan yang berlebihan tadi kepada orang-orang lapangannya. Adapun efek negatif dari hal tersebut, baru dirasakan setelah beberapa hari, bulan atau bahkan bisa jadi beberapa tahun berikutnya.
Dengan memahami bahwa adanya tambahan revenue, seringkali distributor harus bisa memaklumi adanya aturan internal satu perusahaan. Meski saat klaim garansi sering terjadi perdebatan. Namun yang mulai banyak diberikan pengertian kepada pengguna alat berat, adalah penjelasan mengenai efek negatif dari muatan yang berlebihan tersebut. Jadi, berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan oleh pengguna, bukan dengan menghakimi benar salahnya satu penggunaan alat berat, tapi lebih kepada efek domino kalau sampai terjadi kesalahan tersebut. Misalnya, efek dari muatan berlebihan, overspeed, dan berbagai kesalahan lainnya, adalah berkurangnya umur pakai suspensi, ban, transmisi, dsb. Artinya, disamping penambahan revenue akibat overload, juga harus diterima berbagai kerusakan yang ditimbulkan sebagai konsekuensi logisnya. Tentu oleh desainer alat berat di pabriknya, sudah dipertimbangkan mengenai spesifikasi beban kerja yang diijinkan pada satu model alat berat, dan ketika terlampaui, tinggal ditunggu saja akibatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar