ivanespe - Blasting, atau peledakan untuk membongkar material batuan yang tergolong keras, saat ini sudah hampir menjadi kebutuhan mutlak untuk tiap tambang yang memungkinkan untuk penggunaan metode tersebut. Memang ada beberapa metode lain yang bisa dilakukan untuk pembongkaran batuan ini, diantaranya direct digging (membongkar material langsung menggunakan excavator) dan ripping (menggunakan bulldozer yang dilengkapi dengan attachmet belakang berupa ripper). Metode blasting ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan metode lain, diantaranya produksi yang dihasilkan bisa lebih tinggi dibandingkan metode lain, sehingga berpotensi juga menurunkan biaya produksi tambang. Selain itu, metode blasting ini cocok untuk diterapkan pada tambang besar dengan alat muat sangat besar. Bahkan untuk alat muat dengan kapasitas 6.5 m3 keatas, akan lebih efisien bila menggunakan metode blasting. Dengan ukuran bucket tersebut, kemungkinan sudah memerlukan ukuran jenjang pemuatan setinggi 3.5 m, akan sulit untuk dipenuhi oleh metode ripping. Rata-rata, hasil ripping untuk kelas bulldozer yang umum di tambang, sekelas Komatsu D375 atau Cat D10, hanya bisa memberikan kedalaman penggalian (yang menjadi ketinggian jenjang alat muat) sekitar 1.5 m. Sedangkan untuk metode direct excavating, masih tergantung kekerasan batuannya.
Output Peledakan
Output dari peledakan sendiri, sebenarnya sangat ditentukan oleh kekuatan peledakan maupun dimensi desain peledakannya. Yang dimaksud dimensi desain peledakan, merupakan perpaduan dari kedalaman dan diameter lubang tembak, juga ukuran jarak burden & spacing. Karena, output peledakan bukan sekedar berapa banyak volume yang diinginkan, namun sering juga dituntut untuk menghasilkan sebaran fragmentasi yang diinginkan. Kalau secara volumenya banyak, namun fragmentasi hasil peledakan masih menyisakan ukuran boulder yang banyak pula, malah akan menyulitkan proses penanganan berikutnya. Di beberapa kuari batuan, bahkan diperlukan secondary blasting untuk memperkecil ukuran boulder yang oversize tersebut, atau sengaja invest excavator yang dilengkapi dengan hydraulic breaker untuk memperkecil ukuran boulder tersebut. Oversize tersebut bisa ditinjau dari kacamata ukuran bucket alat muat, dump body alat angkut, maupun ukuran hoper, feeder, dan crusher (untuk kuari). Oversize bisa menyebabkan sulitnya dimuat, kerusakan dinding dump body, proses pemuatan di hoper terhenti, sampai crusher yang macet karenanya. Kalau boulder tersebut masih dilapangan, tinggal disingkirkan agar tidak mengganggu alat angkut alat muat, selesai. Tapi kalau sudah terlanjur menyumbat crusher, macet, maka proses produksi akan terhenti, karena terhentinya satu rantai produksi. Maka tidak ada pilihan lain, batu tersebut harus diatasi.
Biaya Peledakan
Semakin rapat jarak burden dan spasing pada satu desain peledakan, maka akan menghasilkan fragmentasi hasil peledakan yang lebih kecil pula. Demikian pula sebaliknya. Bila menginginkan hasil peledakan dengan ukuran boulder yangrelatif sedikit, perlu pula diatur dimensi peledakan yang tepat. Namun perlu diingat, bahwa merapatkan jarak burden dan spasing, tentu akan membutuhkan jumlah lubang tembak yang lebih banyak. Dan, semakin banyak lubang tembaknya, otomatis juga akan memerlukan bahan peledak yang lebih banyak pula. Itu berarti biaya yang dibutuhkan akan lebih besar.
Blasting cost vs loading-hauling cost
Kalau kita ingin membuat sensitifitas analisis pengaruh pengaturan peledakan dengan proses berikutnya (yaitu loading-hauling) mari kita buat satu alat ukur yang sama. Biaya produksi yang umum dipakai adalah Rp/bcm. Semakin banyak biaya (Rp) maka perbandingan itu akan semakin besar, demikian juga kalau bcm-nya makin besar, berarti nilai Rp/bcm akan semakin kecil pula. Nah, kalau diatas tadi masalah peledakan sudah disinggung, makin banyak lubang tembak, atau menghasilkan fragmentasi kecil akan memerlukan biaya makin besar.
Sekarang kita lihat kaitannya dengan loading-hauling cost.
Makin banyak dan besar boulder hasil peledakan, akan menyulitkan bagi proses loading & hauling. Ini bukan saja menyulitkan, tapi akan menurunkan produktivitas alat loading hauling. Jelas, karena cycle time alat muat pasti akan bertambah. Turunnya produktivitas alat loading hauling ini, pada rumusan Rp/bcm, tentu akan menjadi faktor penambah nilai akhir. Katakanlah, biaya (Rp) tetap, tapi dengan menurunnya nilai produktivitas, berarti Rp/bcm akan lebih tinggi. Hauling cost? Ya tentu saja. Dengan lebih lamanya truck menunggu untuk dimuati, akan enyebabkan cycle time truck menjadi lebih lama, dan produktivitas lebih kecil. Akhirnya, akan sama dengan alat muat tadi.
Jadi, blasting cost akan berbanding terbalik dengan loading cost maupun hauling cost.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar