Compactor atau alat pemadat, sering dianggap tidak diperlukan untuk tambang besar. Apalagi dengan alat angkut (dump truck) yang berukuran sangat besar, katakanlah, 150 ton up. Dianggap self compacting dengan truck tersebut, sudah lebih dari cukup, bahkan melebihi kemampuan memadatkan oleh compactor.
Tapi, adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri juga, kalau di tambang, area yang paling sulit dirawat adalah disposal area. Kalau jalan, bisa terbilang paling bagus diantara lintasa dup truck lainnya. Sementara front, bisa dikatakan sedikit lebih baik dari disposal. Disposal akan lebih buruk lagi permukaannya, kalau menggunakan area bekas rawa.
Umumnya memang disposal area dibuat dari tumpukan/urugan material overburden, yang dengan semakin banyak dan semakin lama, maka akan menjadi makin tinggi. Artinya, akan makin banyak volume yang diperlukan untuk pembuatan disposal area tersebut. Dari awal pembuatannya, lapis demi lapis dipadatkan menggunakan compactor maupun dump truck.
Begitu umumnya pembuatan disposl area di Indonesia. Compactor yang dilibatkan, bukanlah yang berukuran besar. Rata-rata cukup menggunakan kelas 11 ton.
Namun, 1 hal yang lazim terjadi di tiap tambang adalah, disposal area memiliki permukaan jalan yang paling buruk dibanding lainnya.
Apa efek dari hal tersebut? tentu yang langsung terkait, adalah menurunnya produktivitas dump truck. Pada jangka panjangnya, bisa mengurangi durabilitas alat.
Dump truck, apalagi yang bermuatan, bisa memberikan efek pada tanah yang dilaluinya. Namun, lebih kearah alat gilas, bukan pemadat. Efek kedalaman pemadatannya juga berbeda.
Bahkan compactor pun juga terdiri dari berbagai variasi kedalaman pemadatan. Kalau 1 lapis pemadatan memerlukan 1 meter lapisan tanah, tinggal menyesuaikan dengan yang bisa meng-cover 1 meter tsb. Begitu pula untuk angka lainnya.
Sedangkan truck, efek pemadatan secara empiris, tidak lebih dari 50 cm. Namun, bukan berarti sebagai alat gilas hanya berefek pada 50 cm tersebut. Bisa lebi hdalam, namun kekuatan gilasnya semakin kecil. Maka yang sering terjadi, pada ritase berikutnya tanah yang terinjak akan turun dan turun lagi, meski tidak terjadi penurunan yang signifikan.
Berbeda dengan compactor, begitu tercapai pemadatan yang diinginkan, ritase berikutnya tidak lagi akan menurunkan level permukaan tanahnya.
Insya Allah tulisan mendatang ingin mengulas hal ini lebih mendalam.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar